menuju-Mu

Rabbana, diriku hanyalah setitik debu di hadapan keagunganMu.
Maka jagalah hati ini,
dari terlihat besar di mata manusia
namun kecil di mataMu
dari terasa baik di mata manusia
namun hina di mataMu
dari merasa benar di mata manusia
namun salah di mataMu
Jadikanlah aku lebih baik dari persangkaan diri dan orang lain

Jumat, 30 Desember 2011

Sekali Lagi tentang Sholat Malam

“Aku diuji 4 hal yang menguasai jiwaku agar aku menderita dan sengsara, yaitu: iblis, dunia, kelemahan jiwa, dan jebakan nafsu.”
Sebuah perkataan yang bisa menjadi bahan perenungan kita. Tidak saya temukan sumbernya namun tak ada salahnya kita camkan dan kita ingat-ingat selalu.
Saudaraku yang dicintai Allah                                                                                 
Dan memang begitulah, sepanjang perjalanan kehidupan seorang mukmin musuh-musuh yang empat ini tidak pernah berhenti menyerang dan berusaha menjatuhkan kita. Membelokkan kita dari jalan yang kita bangun sedikit-sedikit dan tertatih-tatih dengan harapan jalan itu bermuara ke surga. Bukankah surga impian kita semua? Sesungguhnya Allah tidak menyediakan bagi kita tempat kembali selain surga atau neraka, kenikmatan atau kesengsaraan. Tak ada pilihan ketiga (aduh, saya gak mungkin ke surga deh, biar aja deh Ya Allah, di terasnya surga aja gakpapa…atau di halaman yang bukan surga atau neraka juga gak papa. Sayangnya tidak. Tidak ada. Yakinlah itu).
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah kita sudah ditakdirkan lahir sebagai muslim. Setidaknya, seburuk apapun kualitas keislaman kita, kita sudah berada di jalur yang benar. Jalan Islam yang kita berdiri di atasnya sekarang ini sudah jelas menuju ke surga. Tinggal bagaimana kita menjaga agar arah langkah kaki kita ini tidak nyeleneh kemana-mana. Atau walaupun kemanusiawian  kita seringkali membuat kita tersesat ke gang-gang kecil gelap yang nyerempet-nyerempet hangatnya percik-percik api neraka setidaknya kita tetap punya peta di tangan kita. Kita telah menggenggam road map yang benar. Ini modal awal yang besar. Tinggal perjuangan dan kesungguhan kita yang menentukan apakah nantinya kita layak Allah beri rahmat ataukah azab.
Nah, kembali pada gangguan-gangguan yang 4 tadi. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa salah satu senjata ampuh yang bisa kita andalkan dalam peperangan tiada akhir ini adalah shalat malam. Sedikit saja penjelasan. Qiyamul lail berasal dari kata qiyam yang artinya berdiri dan lail yang artinya malam, sehingga ulama mengartikan qiyamul lail itu sebagai berdiri di waktu malam atau mendirikan atau menghidupkan malam atau berdiri untuk sholat di waktu malam. Jadi qiyamul lail adalah apapun yang bisa menghidupkan malam kita dekat dengan Allah.  Mengenai sholat tahajjud  artinya salat malam setelah tidur sejenak. Tahajud berasal dari bahasa Arab tahajjud, dari kata dasar hajada yang berarti tidur dan juga berarti salat di malam hari atau menjauhi tempat tidur. Orang yang melakukan salat malam disebut haajid. Jadi bertahajud artinya melakukan salat sunat di malam hari, setelah tidur. Semua salat sunat yang dikerjakan di malam hari setelah tidur, dengan demikian, disebut salat tahajud atau salat malam (shalatullail). Jadi kalau bisa saya sederhanakan di sini maka shalat tahajjud itu adalah salah satu bentuk ibadah yang bisa kita kerjakan dalam rangka qiyamul lail. Walaupun memang ada sebagian ulama menyatakan bahwa qiyamul lail ya sholat tahajjud itu. Nah saudaraku, mari kembali ke jalan menuju surga kita, tidak usah mampir di gang perdebatan tentang definisi kata dan bahasa. Pada kesempatan ini, kita batasi pembahasan ini mengenai shalat tahajjud.
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Pernah antre? Betapa melelahkan bukan? Apalagi menjelang lebaran seolah tiada hari tanpa antre. Antre nya saja sudah cukup menguji kesabaran, karena tak seorangpun senang menunggu. Apalagi ketika antrenya masih harus ditambah lagi dengan berdesak-desakan dan adu otot, ya kan ? Di loket kereta api, di kasir department store, di loket karcis sepakbola, di rumah saudagar kaya yang membagikan sembako, bahkan di toilet masjid. Pendeknya antre itu tidak menyenangkan.
Dunia kita ini, saudaraku, adalah dunia tempat segalanya diukur dari indikator kebendaan, materi. Indikator paling lumrah dan paling mudah tentu saja uang. Nah, untuk orang-orang yang memiliki lebih banyak uang mungkin tidak perlu antre. Dimana-mana sekarang ada layanan VIP. Very Important People :Orang Sangat Fenting. Di bank-bank biasanya menyediakan VIP room, sejuk, kursinya empuk, diperuntukkan bagi nasabah-nasabah kelas kakap yang ingin bertransaksi atau keperluan lain dengan bank. Kita tidak akan pernah menjumpai mereka dalam antrian. Bahkan terkadang ada layanan pick-up, mendatangi nasabah di rumah atau di kantornya dan kepentingan si nasabah bisa langsung dilayani di meja kerjanya sendiri atau sekalian di meja makan rumahnya tanpa mempedulikan si nasabah belum sikat gigi ataupun cuma pakai sarung.
Maka ketahuilah, tidak berlebihan kiranya kalau waktu sepertiga malam terakhir itu bisa kita ibaratkan VIP room- nya Allah. Mari saya kutipkan perkataan seorang sufi “Dalam kegelapan malam orang-orang bertakwa akan berjalan lebih cepat, dan orang yang berjalan lebih cepat akan segera sampai ke rumahNya”.Tidak ada saat yang buruk.Ibadah itu dilakukan kapanpun tetaplah ibadah. Ketika ia sudah berangkat dari niat yang ikhlas dan tatacara yang shahih sesuai tuntunan Rasulullah tentulah ia akan bernilai dan tercatat di lembar amal kita sebagai amal shalih.
Di dunia ini ada orang yang muslim, ada yang kafir. Diantara orang-orang muslim itu ada orang-orang mukmin. Di dalamnya pula ada yang taqwa ada yang fasik. Dan diantara yang taqwa itu ada orang-orang spesial. Special people. VIP. Orang Sangat Fenting. Tapi kali ini tidak dengan indikator money, tapi ruhani. Di siang hari semua sholat Dhuha, baik yang karena mengejar pahala maupun yang karena mengejar simpati calon mertua karena kebetulan sedang bertamu ke rumah calon suami. Di siang hari semua sholat Jumat, baik yang ikhlas mengejar surga maupun yang cuma gak enak karena bos ternyata orang yang rajin sholat Jumat. Tapi di malam hari, di sepertiga malam terakhir. Saat kita cuma sendirian sebagaimana dulu kita dilahirkan, sendirian sebagaimana kita nanti akan dibangkitkan Insya Allah. Saat mertua sudah tidur, bos sudah tak ada lagi, saat tetangga kiri kanan sudah terlelap, saat tak ada lagi alas an untuk orang-orang yang riya’ beribadah, orang-orang spesial ini bangun.  Sulit memang. Teramat sulit kadang. Apalagi disaat cuaca dingin berangin seperti sekarang.  Apalagi ketika kita tak sempat rebahan barang sejenak sepanjang siang karena membantu tetangga hajatan.  Apalagi dengan perut kekenyangan sehabis ditraktir bebek goreng. Hanya orang-orang special, VIP, orang sangat fenting, yang mampu berjuang bangun, melawan pusing dan kantuk, yang mampu menghadirkan kesadaran bahwa inilah jalan tol dimana ia bisa lebih cepat menghampiri rahmat dan ampunan Allah.
Dalam rangka membangkitkan kerinduan itu dalam hati kita, maka mari kita kembali mengkaji apa saja yang ada di balik shalat tahajjud ini, ada yang Allah anugerahkan sebagai karunia di dunia dan ada yang Allah simpan untuk nanti insya Allah kita dapatkan di kehidupan kita setelah ini:
Lima keutamaan di dunia:
  • Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
Dalam bahasa inggris kata yang paling dekat artinya dengan bencana adalah disaster. Sesuatu dikategorikan disaster ketika kejadian itu membawa/menimbulkan kerusakan yang cukup berarti. Ketika sebuah bencana terjadi, apapun itu, maka seluruh rencana dan peta hidup yang telah kita persiapkan seolah runtuh dan berantakan karena daya hancur bencana itu memang begitu tiba-tiba dan kuat. Contoh paling mudah mungkin bencana alam. Tsunami di Aceh adalah bencana nasional bahkan internasional. Bukan hanya sebuah tempat bernama Aceh yang hancur, tapi juga sebuah peradaban. Bagaimana tidak, sebuah kehidupan disapu bersih dalam satu hentakan. Itulah kekuatan Allah. Teramat mudah bagi Allah meluluhlantakkan seluruh kehidupan kita, seluruh kedigdayaan kita, seluruh tabungan kita selama bertahun-tahun. Mudah bagi Allah metsunami rumahtangga kita. Me-tsunami kesehatan kita. Maka berlindunglah kepada Zat yang Maha Kuat itu. Pasrahkan nasib kita, rendahkan diri kita yang memang rendah ini di ujung malam. Insya Allah, Allah akan menghindarkan hidup kita dari bencana apapun. Bencana yang tiba-tiba dan tak sanggup kita tanggung. Atau kalaupun bencana itu memang telah jadi takdir dan jatah kita, maka semoga dengan istiqomah munajat di akhir malam Allah menjadikan bencana itu wasilah kemuliaan bagi kita, bukan hukuman.
  • Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan di wajahnya.
Isi buku dapat diketahui dari judulnya. Tidak ada bukan, buku yang judulnya “Siksa Kubur” ternyata setelah dibuka isinya resep-resep masakan Padang misalkan. Begitulah manusia. Wajahnya adalah cerminan jiwanya. Bukan harfiah wajahnya tentu, tapi lebih kepada aura atau air muka wajahnya. Pernahkan saudara bertemu bertemu seseorang yang terlihat begitu menyenangkan, menyejukkan, sangat menarik, walaupun mungkin secara ukuran fisik tidak begitu jelita atau ganteng? Sebaliknya pula banyak wajah-wajah cantik atau tampan yang entah kenapa tidak menyenangkan dan menyejukkan dilihat. Apalagi kalau secara fisik memang rupawan ditambah airmuka yang menyenangkan tentu lebih sempurna.
Berkata Imam Ibnul Qayyim di buku Raudha Ath-Thalibin., Sesungguhnya shalat malam itu dapat memberikan sinar yang tampak di wajah dan membaguskannya
Ulama zuhud Al Bashri pernah ditanya “Apa sebabnya orang-orang yang rajin sholat tahajjud memiliki wajah yang lebih tampan atau cantik? Al Bashri menjawab ,”Karena mereka sering berduaan dengan Zat Yang Maha Indah sehingga Dia memberikan sebagian keindahan cahayaNya kepada mereka.”
  • Akan dipuji dan dicintai Allah serta digolongkan ke dalam golongan hambanya yang baik
“Dan pada sebagian malam, shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”(QS.Al Isra’ [17]:79)
Pujian itu sangat menyenangkan. Tidak salah. Fitrah manusia memang senang diakui dan dipuji. Selamanya kita adalah makhluk yang senang akan pujian dan keterpujian. Tidak bisa kita ubah. Yang bisa dan harus kita ubah adalah berhenti mengharap pujian makhluk dan berjuang mendapatkan pujian dari sang Maha Terpuji.
 Cinta itu tidak boleh bertepuk sebelah tangan, tidak enak rasanya. Cinta itu indah jika berbalas dan bersambut. Maka tugas kita tidak hanya mencintai Allah tapi juga berusaha keras agar dicintai Allah. Semua tidak selesai dengan hanya memuji Allah tapi juga bagaiman agar kita bisa terpuji di hadapan Allah. Itulah hubungan yang sempurna. Mencintai dan dicintai. Dan Allah menjanjikan cinta dan pujian untuk orang-orang yang mendatangiNya di saat-saat spesial. Special moment for special people. Saat fenting untuk orang fenting. 
  • Lidahnya mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
Kata-kata yang sama persis bisa berbeda kesannya ketika diucapkan oleh orang yang berbeda. Apa kuncinya? Pada bobot kata2nya. Pada apa yang ada di balik kata-kata itu. Perkataan seorang ahli ibadah tentu akan berbeda dengan perkataan ahli maksiat. Sebuah perkataan dipengaruhi oleh 2 hal. Yang mengatakan dan yang menerima. Kata-kata yang baik ibarat bibit unggul. Dan hati atau telinga yang menerima ibarat tanah lading. Bibit unggul jatuh di tanah yang subur ia akan tumbuh sehat dan cepat.Menjadi pohon iman yang rindang dan kokoh. Bibit yang buruk di tanah yang subur atau bibit yang baik di tanah yang tandus mungkin juga bisa tumbuh walaupun memang tak akan sekokoh yang pertama. Apalagi bibit yang buruk di tanah tandus, selamanya ia tetap tak menumbuhkan apapun.
Sebagai seorang ibu, sebenarnya kita sangat memerlukan lisan yang terjaga. Kitalah orang pertama dan paling sering didengar kata-katanya oleh anak-anak kita. Kita sangat membutuhkan kata-kata yang berbobot dan memiliki daya gugah demi menggiring anak-anak kita ke tujuan yang kita inginkan. Maka mari kita up grade kelas lisan ini dengan banyak-banyak bangun malam. Sholat dan doa yang khusyu’ dan panjang di sunyinya malam. Semoga dengannya Allah menjadikan kata-kata yang keluar dari lisan ini membawa manfaat, baik bagi orang lain maupun untuk nasib kita di akhirat.
Dari pengalaman pribadi memang saya merasakan benar pengaruh sholat tahajjud ini pada lisan. Ketika malam kita terjaga dan terisi dengan ibadah esok harinya insya Allah lisan kita lebih terkontrol. Berbeda ketika malam terlewat sampai Subuh menjelang, apalagi sampai Subuh pun terlewat maka kata-kata itu seolah berdesakan dan berebut untuk melompat dari bibir kita tanpa kita sanggup mengontrolnya.  
  • Akan dijadikan orang yang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Ketika Allah menghendaki kebaikan untuk seseorang maka Allah akan membukakan pintu ilmu dan hikmah kepadanya. Itu artinya memang ilmu seringkali adalah pintu pertama menuju kebaikan dan ketaqwaan.
Pertemuan kita juga insyaAllah dalam rangka ilmu. Kita mencari ilmu, Tapi  hanya Allah jua yang memahamkan. Ada jarak yang lebar antara tahu dan paham. Tahu itu bisa diusahakan tapi kepahaman semata hak Allah untuk memberikan. Maka hidupkanlah malam-malam kita, dengan harapan Allah akan menghindarkan kita dari terus menerus tahu melulu tapi tak pernah paham. Dari terus menerus menumpuk ilmu tapi tak jua tergerak mengamalkan. Atau berilmu tapi tak pernah mau berbagi ilmu laksana pohon yang tak kunjung berbuah.
Apa sih perbedaan mendasar antara tahu dan paham? Manfaatnya. Orang yang paham maka ilmunya mendatangkan manfaat baik bagi dirinya maupun orang-orang di sekelilingnya, bahkan bagi alam sekitarnya. Orang yang sekedar tahu maka ilmunya tak mendatangkan manfaat apapun bahkan naudzubillah ilmunya bahkan bisa melahirkan kerusakan. Orang-orang yang korupsi bukan orang-orang yang tak berilmu kan?
Sedangkan empat keutamaan di akhirat, yaitu :
  • Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di hari pembalasan dan dibangkitkan dari tempat yang terpuji
Tidak sepenuhnya salah ketika kesan pertama terhadap seseorang yang baru kita temui banyak dipengaruhi oleh wajah dan tampilan fisiknya karena memang itulah yang tersaji di hadapan mata ini. Tampilan fisik semata adalah pemberian Allah yang tidak bisa kita tawar. Yang cantik, yang imut, yang tinggi, yang pendek, semuanya untuk menguji kita. Mampukah kita menyikapi tampilan fisik kita dengan tepat.
Setelah jatah usia kita di dunia berakhir maka berakhir pulalah identitas kita sebagai bu A yang istri pejabat, sebagai mbak B yang cantik manis. Karena kita semua akan dibangkitkan dengan tampilan baru sesuai dengan kondisi batin kita. Menjawab pertanyaan Muadz  bin Jabal, Rasulullah menjelaskan bahwa ada segolongan ummatnya yang akan dibangkitkan dengan kondisi bisu, tuli, atau buta. Sebagian berwajah seperti kera, seperti babi. Sebagian berjalan terbalik dengan kaki di atas sedangkan wajahnya di bawah terseret-seret, sebagian ada yang beraroma sangat busuk dengan lidah menjulur mengeluarkan cairan yang sangat tidak sedap aromanya.
Maka apa lagikah yang menghalangi kita untuk bangun di sepertiga malam demi mengharap janji Allah bahwa ahli tahajjud akan dibangkitkan dengan wajah berseri?
  • Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
Sungguh hisab Allah itu maha teliti dan tak melewatkan sedetikpun perhitungan usia kita. Dengan perbandingan sehari di mahsyar sama dengan 50.000 tahun dunia maka kita bisa mengira-ngira sepanjang apa masa kehidupan kita di sana nanti, tentu masa hidup kita dunia ini ternyata bagaikan sekedipan mata saja. Proses perhitungan  itu tidak saja panjang tapi sungguh-sungguh mendebarkan. Seluruh yang kita rahasiakan akan dibuka, seluruh yang kita tutup-tutupi akan dihitung dan dinilai. Itu urusan kita dengan Allah saja. Belum lagi, urusan kita dengan manusia yang belum kita tuntaskan sewaktu di dunia. Hutang piutang, ghibah, fitnah, khianat, dan lain sebagainya. Sungguh saudaraku, benar-benar kita sangat menyia-nyiakan kesempatan untuk dimudahkan dalam proses maha sulit itu kalau kita lebih memilih kehangatan selimut disbanding beberapa rakaat yang bisa memnelamatkan kita di hari perhitungan nanti.
Maka bersimpuhlah di malam-malam kita, mengharap dengan sungguh-sungguh agar Allah memudahkan urusan kita nanti. Menutup aib-aib kita, melipatgandakan amal-amal kita, menghapus catatan keburukan kita. Hanya disinilah kesempatan itu ada, sebelum kita melewati pintu kematian.
  • Ketika menyeberangi jembatan Shirotol Mustaqim, Allah mempercepat bak halilintar menyambar.
“Sebarkanlah salam, berilah makan (orang-orang yang membutuhkan), sambungkanlah silaturrahmi, dan sholatlahpada malam hari ketika orang lain sedang tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.”(HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ujian keimanan kesekian setelah gelapnya alam kubur, panasnya padang Mahsyar, dan sulitnya pehisaban amal adalah titian shirot. Titian yang menurut riwayat setipis rambut dibelah tujuh, dengan duri-duri pengait di sepanjangnya, neraka menyala dibawahnya. Begitu panjang, bahkan mungkin panjangnya lebih panjang dari usia kita selama hidup di dunia. Gelap tanpa lampu kecuali seberkas cahaya yang dibagikan kepada kita, itupun tidak menjamin terus menyala, ada yang di tengah jembatan cahaya itu padam sehingga kita melanjutkan penyeberangan dengan merangkak dan meraba2. Sungguh demikian sulit kondisi saat itu nanti.
Maka mungkin kesadaran tentang sulitnya penyeberangan itu sudah cukup untuk membuat kita tak lagi terlena dengan nikmatnya kasur dan selimut. Hanya beberapa rakaat di penghujung malam, itupun hanya di dalam rumah kita yang hangat, di atas sajadah kita yang empuk dan wangi, berselimut hangatnya mukenah mahal kita, sungguh tak sebanding dengan dahsyatnya huru-hara sirothol mustaqim.
  • Tinggal di taman-taman surga
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam (taman-taman) surga dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu adalah orang2 yang berbuat baik; mereka sedikit sekali tidur di waktu malam;dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”(QS.Adz Dzariyat[51]:15-18)
Maka itulah tujuan terakhir kita. Di sanalah rumah kita yang sebenarnya, saudaraku. Surga. Atau neraka. Sekali lagi yang perlu digaris bawahi: tak ada tempat ketiga
Mengenai tatacara sholat Tahajjud insya Allah saya yakin kita semua sudah tidak asing ya. Namun tak ada salahnya saya segarkan kembali. Dalam sebuah riwayat oleh Aisyah ra, bisa dikelompokkan menjadi 4 cara yang biasa dilakukan Rasulullah dalam menunaikan sholat Tahjjud.
1.       Cara Pertama
“Dari Saad bin Hisyam, sesungguhnya ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah: Khabarkanlah kepadaku tentang witirnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa- sallam: Maka ‘Aisyah berkata: Kami biasa menyediakan untuk baginda gosok gigi dan air wuduknya, maka kemudian Allah akan membangunkan baginda jika Ia kehendaki untuk membangunkannya diwaktu malam. Kemudian baginda bersiwak lalu berwuduk, kemudian solat sembilan rakaat yang baginda tidak duduk (tasyahhud) di rakaat tersebut kecuali di rakaat yang kelapan, maka baginda duduk berzikir kepada Allah dan memujiNya, berdoa kepadaNya, kemudian baginda bangun dan tidak salam, kemudian baginda berdiri melanjutkan solatnya kerakaat yang kesembilan. Kemudian dirakaat yang kesembilan baginda duduk, berzikir, memujiNya dan berdoa (iaitu bertasyahhud), kemudian baginda ….”(HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Rasulullah melakukan sholat 8 rakaat tanpa tasyahud, baru pada rakaat ke-8 beliau duduk sambil berdzikir dan berdoa kepada Allah lalu bangkit tanpa mengucapkan salam. Lalu pada rakaat yang ke-9 beliau duduk, membaca tasyahud, lalu salam. Baru setelah itu, beliau sholat lagi 2 rakaat.
2.       Cara Kedua
Rasulullah memulai sholat malam dengan 2 rakaat yang ringan, lalu beliau menyempurnakan dengan tahajjud 11 rakaat dengan salam pada setiap 2 rakaat dan sholat witir 1 rakaat
3.       Cara Ketiga
“Dari ‘Aisyah berkata: Pernah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam solat malam tiga belas rakaat, baginda berwitir dari yang tiga belas rakaat dengan lima rakaat, baginda tidak duduk dalam solat witir yang lima rakaat tersebut kecuali pada rakaat yang terakhir”.(HR. Bukhari,Muslim, dan Ahmad)
Rasulullah melakukan sholat 8 rakaat dengan salam pada setiap 2 rakaat, lalu sholat witir 5 rakaat berturut-turut dan duduk tasyahud pada rakaat terakhir sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim
4.       Cara Keempat
Dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahawasanya dia berkata: Aku pernah memerhatikan dengan teliti cara solat malamnya Rasulullah sallallahu‘alaihi wa-sallam. Baginda memulakan dengan dua rakaat yang ringan(pendek bacaannya), kemudian solat dua rakaat yang amat panjang(panjang bacaannya), kemudian solat dua rakaat yang kurang panjang dari sebelumnya, dua rakaat yang kurang panjang dari sebelumnya, kemudian solat lagi dua rakaat yang lamanya kurang dari dua rakaat yang sebelumnya, lalu solat lagi dua rakaat yang lamanya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian solat lagi yang lamanya kurang dari dua rakaat sebelumnya, kemudian baginda solat witir satu rakaat, maka semuanya tiga belas rakaat.” (HR.Muslim)
Rasulullah sholat 2rakaat-2rakaat, lalu sholat witir 3 rakaat sekaligus dengan 1 kali salam sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad
Selain yang saya sebut di atas masih banyak lagi hadits-hadits yang meriwaytkan bagaimana Rasulullah melaksanakan sholat tahajjud.  Jadi kalau boleh saya simpulkan bahwa memang tidak ada batasan pasti. Di kala lapang dan sehat kita bisa sholat lebih banyak, lebih lama, dengan membaca surat-surat yang panjang. Saat iman sedang sulit diajak ibadah kita bisa tetap bertahajjud walaupun hanya dengan 2 rakaat. Yang terpenting adalah tak ada malam yang kita lewatkan tanpa munajat kepada Allah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar