Sejak pertama mengenal tarbiyah lebih 10 tahun yang lalu, halaqoh terakhir kemarin ini adalah yang terindah. Daya rubah murobbinya seringkali membuatku tak percaya dengan banyaknya hal-hal baru yang mulai berani aku coba, banyaknya amanah yang mulai mau aku jalani.
Tiba-tiba saja, dalam kurun waktu tak lebih dari setahun aku telah berubah dari seorang ibu rumah tangga yang meyakini keamanan dan kenyamanan rumah bagi kesehatan hatiku menjadi seorang pendidik yang bergairah keluar dari sarang dan menerjang terjal curam perbauran di luar komunitas amanku. Mulai berani mengambil resiko ancaman ayat momok para dai 'kabura makatan indallah....'.
Di luar itu, halaqoh ini benar-benar menghadiahiku teman-teman yang tak hanya 'uhibbukum fillah' tapi 'loving you by passion'. Bukan hanya -meminjam istilah Anis Matta- cinta misi, tapi juga cinta jiwa. And my days are so beautiful with them.
Lalu begitulah yang terjadi Kamis sore yang basah kemarin. Basah oleh gerimis februari yang mulai melemah, dan basah oleh airmataku. Seperti yang sudah-sudah, lingkaran ini harus dinamis bergulir. Dan di sore itulah kami akan berpisah. Doa rabithoh kali itu terasa begitu syahdu. Ah, teman-temanku...
Mungkin terdengar berlebihan karena memang kami cuma akan pindah menuju 'lingkaran' yang berbeda, namun tetap dalam rumah yang sama jadi pertemuan bukanlah hal yang mustahil dan tak akan ada kendala seperti misalkan kalau perpisahan itu terjadi karena kami akan pindah ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Lalu mengapa jadi lebih lebay ? Entahlah, mungkin karena ikatan ini tidak hanya pada kesamaan tujuan, tapi juga terbingkai oleh alaminya cinta persahabatan.
Benar kami bertemu karena kesamaan fikrah. Benar kami bersama karena kesamaan idealisme. Tapi ternyata, chemistry di 'kepala' itu turut pula terjadi di 'dada'. Jadi kami adalah teman seutuhnya. Kepala dan dada. Fikrah dan rasa. Maka perpisahan itu -dalam konteks seminimal apapun- melahirkan kehilangan.
Betapa indah sisi tarbiyah yang satu ini. Sebenarnya dibalik tujuan 'menghindari figuritas' dan 'menyegarkan ukhuwah', fenomena perguliran lingkaran ini telah mengajarkan hikmah luar biasa tentang hakikat cinta dan pertemanan. Bahwa begitulah indahnya ikatan yang terjadi karena Allah. Ikatan-ikatan semacam itulah yang akan abadi sampai di padang Mahsyar saat banyak ikatan-ikatan berubah menjadi permusuhan dan saling tuntut. Lewat 'perguliran' ini, kami belajar merenda harap akan pertemanan sejati di al Jannah. Insya Allah

Tidak ada komentar:
Posting Komentar