“Setiap anak Adam
(manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah
adalah yang (mau) bertobat.” (HR.at-Tirmidzi
no. 2499, dari Anas bin Malik)
Ketahuilah bahwa apabila Allah menghendaki kebaikan untuk seorang
hamba, salah satunya ialah dengan jalan menunjukkan kepada orang itu tentang
aib-aib dirinya. Barangsiapa yang dianugerahi pengetahuan dan kemampuan untuk
mengenali aib dirinya sendiri maka ia beruntung. Kenapa? Karena penyakit yang
paling berbahaya sesungguhnya adalah penyakit yang bersarang diam-diam.
Penderitanya tak sadar dirinya sakit. Bagaimana seseorang akan mencari obat
kalau dia tak sadar bahwa ia mengidap penyakit? Mau yang sakit itu badannya
atau jiwanya sama bahayanya kalau dia tidak menyadari bahwa dia sakit.
Sakit panu tidak termasuk dalam daftar penyakit yang
mematikan, tapi ketika orangnya tak sadar dirinya sakit panu maka makin
berkembanglah panu tersebut sampai akhirnya panu ini telah berhasil menduduki
lebih dari separuh wilayah teritorial tubuh. Baru sadar ketika suaminya
menangkap bahwa tubuh istrinya semakin misterius karena setiap dilihat selalu
bagai terselimuti kabut tipis…..apakah gerangan? Apakah mataku mulai kehilangan
ketajamannya?...si suami bertanya-tanya dalam kalbu…usut punya usut..ternyata
kabut misterius itu adalah sakit panu yang telah hampir berhasil menduduki
seluruh wilayah kekuasaan pribadinya. Si suami jadi menginginkan pembuktian
akan ketajaman matanya….hmmm..rupanya sudah saatnya aku mencari daerah jajahan
baru…maka dengan takdir Allah juga akhirnya si suami mengesahkan daerah jajahan
barunya…menikah lagi. Si suami yang kebetulan belum cukup kuat mentalnya dan
pengetahuannya apalagi imannya untuk punya lebih dari satu daerah jajahan, jadi
berat sebelah….ah jelas dia lebih memilih yang gampang dilihat daripada yang
misterius di dalam kabut. Maka si istri tua jadi menderita….menangis siang dan
malam…tertekan…makan tak enak tidur tak nyenyak..hidup segan mati tak
mau…akhirnya tekanan darahnya naik, lalu jantungnya bermasalah…nah..awalnya
hanya sakit panu…yang tak disadari. Coba dia mau sedikit perhatikan diri…dari
masih sejak berupa bercak kecil, dia beli obat panu di apotik, dioles tiga kali
sehari di bagian tubuh yang sakit, lalu ke dokter jika sakit berlanjut….mungkin
tak setragis itu ceritanya.
Ketahuilah, setiap anggota badan, setiap organ tubuh kita
ini diciptakan untuk suatu fungsi tertentu. Semua punya tugas sendiri yang
berbeda-beda satu dengan lainnya. Sakit itu artinya adalah saat anggota tubuh
kita ada yang tidak mampu menjalankan fungsinya sebagaiamana tugas yang sudah
ditakdirkan Allah. Jantung yang tugasnya berdenyut sekian denyutan saat ia
tidak berdenyut terlalu sering, terlalu jarang, atau tidak berdenyut lagi tapi
berdenting..maka dibilanglah jantungnya sakit. Namanya sakit jantung. Saat
tangan yang fungsinya memegang ini gak bisa memegang maka dibilanglah tangannya
sakit. Sakit tangan. Demikianlah ketika hati, yang fungsinya adalah untuk
menyerap ilmu, menyerap hikmah, mengenal Allah, mencintai Allah, jadi lebih
cinta kepada syahwat dan maksiat, ketika hati yang sebenarnya diciptakan untuk
benar ini lebih banyak memilih yang salah, yang diciptakan untuk rindu kepada
surga tapi ternyata lebih sering rindu pada dunia, maka hatinya sakit. Sakit
hati. Dan saya ingatkan, jangan
percayalah pada saya, sakit hati
itu jauh lebih berbahaya daripada sakit gigi, kalau tak percaya, tanya Meggi Z.
Perut itu ditakdirkan diisi nasi, roti, onde-onde, susu,
roti, dan sebagainya…makanya manusia suka nasi. Kalau ada manusia lebih suka
makan tanah daripada roti, artinya perutnya gak beres. Hati ditakdirkan diisi
Allah..jadi kalau ada hati lebih banyak berisi cinta pada manusia, pada harta,
pada tahta, pada dunia, artinya hatinya gak beres. Maka periksalah hati-hati
ini, sakitkah ia…
Rabi’ bin Hutsaim, seorang tabi’in yang terkenal memiliki
sikap selalu membersihkan jiwa mengatakan, “Seandainya manusia itu tahu tentang
aibnya sendiri niscaya tak ada orang yang mau mencela diri orang lain.” Suatu
ketika ia pernah ditanya seorang sahabatnya, “Wahai Abu Yazid – panggilan Rabi’
– mengapa engkau tidak pernah mencela orang lain?” Ia menjawab, “Demi Allah,
jiwaku saja belum tentu diridhai Allah, lalu untuk apa aku mencela orang lain?
Sesungguhnya banyak manusia yang takut kepada Allah karena melihat dosa-dosa
yang dilakukan orang lain. Tetapi tidak sedikit di antara mereka yang seperti
tidak merasakan hal itu dengan dosa yang ia lakukan sendiri.”
Ada 4 jalan untuk mengetahui aib diri:
Menemui seorang alim ahli hikmah
Dari Ibnu umar , Rasulullah bersabda : ” Hati hatilah kalian dari
firasatnya orang mukmin , karena mereka memandang kalian dengan nur
cahaya Allah “
Hadis ini menerangkan agar kita berhati hati dari pandangan orang
mukmin karena mereka mempunyai kelebihan mengetahui pada aib keburukan kita
Yang dimaksud orang mukmin disitu adalah mukmin yang sempurna keimanannya ,
yang ahli ibadah , yang ahli sedekah , yang pandai bergaul dengan sesama
muslim.
Hal ini dikarenakan kesucian batin mereka akan mencerahkan mata hatinya
untuk bisa memandang apa apa yang tidak bisa dipandang oleh manusia biasa . Merekalah
yang seakan akan menjadi wakil Allah untuk mengawasi gerak gerik manusia ,
sebagai salah satu bentuk dari amar makruf nahi munkar .
Firasat ini terbagi menjadi dua :
Dari ilham , sepertinya ada gemuruh dari dalam hati yang
menunjukkan si fulan itu berbuat demikian , dia harus mengerjakan demikian ,
akan terjadi demikian . Hal inilah yang pernah terjadi pada seseorang yang
bertamu pada Ustman bin Affan.
Ah, Utsman
bin Affan ra…lelaki kaya yang menurut riwayat tampan dan gagah tapi begitu
halus dan pemalu perangainya. Lelaki ini diambil menantu sampai 2 kali oleh
Rasulullah saw. Saat Ruqayyah meninggal, maka ia menikah kembali dengan ummi
Kultsum. Dua-duanya putri Rasulullah saw.
Pembantu rumah tangga Nabi SAW, namanya Anas Ibn Malik. “Aku
datang kepada ‘Ustman ibn ‘Affan”, kata Anas. “Waktu di jalan aku bertemu
dengan seorang wanita, aku meliriknya dan memperhatikan kecantikannya.”Begitu Anas ibn Malik sampai di hadapannya, ‘Ustman menegur.
“Telah masuk salah seorang diantara kalian sedang di matanya ada bekas zina.
Tidakkah engkau tahu bahwa zinanya mata adalah pandangan? Hendaknya engkau
bertaubat, kalau tidak, akan akau kenakan hukum ta’zir kepadamu!”Alangkah terperangah Anas. Bagaimana ‘Ustman bisa tahu?
“Subhanallah!”, serunya, “Apakah masih turun wahyu sesudah Rasulullah wafat?“Tidak, ini hanya firasat seorang mukmin..”Maka hari itu, di tengah majelis ‘Ustman yang syahdu. Anas
terngiang-ngiang sabda Sang Nabi,“Takutlah akan firasat seorang
mukmin”, kata beliau SAW. “Sesungguhnya hatinya
melihat dengan cahaya Allah.”Juga yang terjadi pada Umar bin Khattab dari beberapa peristiwa ,
yang sehingga dengan sebab ungkapan
beliau , turunlah wahyu karenanya , sampai sampai Rasulullah bersabda :”
Kalaulah pada ummatku ada orang yang bisa mendapatkan ilham , maka dia adalah Umar
“Dari mempelajari pengalaman pengalaman yang pernah terjadi .
Dari
bentuk tubuh manusia , dari hidungnya , dari matanya , dari kakinya dan lain
lain .Dan yang ini yang sering kita baca di kitab- kitab biografi ulama ulama
yang pernah belajar ilmu firasat .Diceritakan , imam Syafii sangat pandai dalam firasat sampai- sampai beliau setiap menebak orang
tidak pernah salah sekalipun . Pernah seorang wanita datang padanya saat beliau
mengajar. Wanita itu bingung akan maju bertanya tapi malu banyak laki- laki. Lalu
wanita tersebut melempar buah apel merah pada sang imam.Oleh beliau apel itu
ditangkap lalu beliau mengiris ,
membelah sedikit dari buah tersebut , lalu melemparnya lagi pada wanita itu. Sang
wanita menangkapnya , memahami goresan itu, dan langsung pergi . Setelah usai
pengajian , salah seorang dari muridnya bertanya apa maksud dari semua itu. Lalu beliau menjawab : ” Wanita itu bertanya padaku , wanita yang
haid kapankah bisa diperbolehkan shalat? Lalu aku jawab , setelah warna merah
apel berubah jernih seperti jernihnya isi dalamnya apel , artinya jika warnanya
darah berubah menjadi jernih , maka kau sudah suci dan sudah boleh shalat .Namun pada sebagian orang ada yang bisa menebak nebak semacam ini padahal dia bukan termasuk ahli ibadah , tidak
tahu ilmu agama ,juga tidak terkenal dikalangan orang- orang saleh. Maka orang
seperti ini berarti memakai bantuan jin dan setan .
Mencari kawan yang jujur dan beragama Begitulah para sahabat mengambil manfaat
dari teman-teman mereka. Umar bi khattab ra biasa bertanya kepada Salman
tentang aib-aib dirinya. Pernah suatu ketika saat Salman datang berkunjung,
Umar bertanya:“Apakah yang kau dengar tentang diriku dan
tak engkau sukai?” Tanya UmarSalman tak bersedia mengatakannya tetapi
Umar terus mendesak.“Aku mendengar bahwa engkau mengumpulkan 2
macam kuah dalam 1 hidangan, dan engkau punya 2 jubah. 1 untuk kau pakai di
malam hari, dan 1 untuk kaupakai di siang hari.” Kata Salman akhirnya.“Adalagi yang kamu dengar selain ini?”Tanya
UmarSalman menjawab”Tidak.”Lalu Umar menjawab,”Adapun 2 hal itu akan
aku tinggalkan.”
Begitulah, Salman saking cintanya kepada
Umar ia tak suka ketika menedengar dari orang-orang bahwa sahabatnya ini
–menurutnya- telah terlalu bermewah-mewah karena makan dengan 2 macam kuah
serta punya 2 jubah. Karena Salman tak rela sahabatnya terllau banyak menikmati
dunia. Dan tak kalah hebatnya Umar, tanpa banyak membantah beliau segera
bertekad untuk menghentikan kebiasaannya itu. Begitulah dua teman saling menjaga temannya
agar bisa secepat dan semulus mungkin jalannya menuju surga. Beruntunglah anda
yang punya teman semacam ini. Ciptakan hubungan pertemanan yang semacam itu.Bahkan Umar ra juga selalu bertanya pada Hudzaifah,”kamu
adalah pemegang rahasia Rasulullah saw tentang orang-orang munafik. Apakah kamu melihatnya dalam diriku
kemusyrikan?Umar bin Khattab…orang yang dijamin
surga…masih risau akan aib dirinya yang mungkin terlewat dari perhatiannya.Hanya memang jarang ada teman yang mau
membuka aib kita karena cinta, itulah kenapa saya bilang ciptakan hubungan
semacam itu, bukan temukan. Karena saya lebih percaya bahwa hubungan seperti
itu dibangun dan butuh proses.. Mendengarkan lisan musuhnya
Kebencian seringkali lebih jujur dari
cinta. Cinta-apalagi yang tak berasal dari Allah-sering membutakan. Bahkan
menulikan. Itulah kenapa menjadi percuma ketika kau bicara pada orang yang
jatuh cinta. Karena mereka tuli dan bisu. Kalau kau ingin mengetahui aib dirimu,
jangan tanya pada orang yang habis kau kasih sekilo krupuk udang…atau habis kau
hantar semangkok kolak..apalagi habis kau pinjami duit…karena mereka baru saja
jatuh cinta padamu.Ada baiknya kita mendengar apa yang
dikatakan oleh orang yang selama ini kita rasa kurang menyukai kita. Walaupun memang kadang
kebencian itu membuat seseorang jadi berlebihan membumbui kekhilafan kita tapi
tetap ini berguna. Kita ambil perkataan mereka sebagai bahan muhasabah,
menginstrospeksi diri…menimbang diri dan dengan hati-hati dan jujur memutuskan
apakah memang kita seperti yang mereka katakan atau tidak. Anggap saja
perkataan-perkataan musuh sebagai cek laboratorium gratis terhadap sehat
tidaknya hati kita. Kalau benar bisa segera kita obati, kalau salah insya Allah
akan jadi bahan evaluasi mengapa kita bisa dianggap seperti itu.
Bergaul dan berbaur dalam masyarakat.
Ketika kita terjun di tengah-tengah kehidupan
bermasyarakat kita jadi seolah bercermin. Ooooh..ternyata bicara begitu tuh gak
enak ya dilihat…oooh ternyata melirik begitu tuh kesannya jutek ya…oooh
ternyata pakai baju model begitu ke masjid tuh gak bagus banget ya dilihat.Begitulah yang bisa kita lakukan untuk menemukan dan
mendiagnosa aib-aib jiwa kita. Untuk fisik, insya Allah sudah bertebaran
dokter, laboratorium, dan banyak alat-alat canggih yang bisa mendeteksi aib-aib
fisik. Tapi untuk ruh kita, itulah tadi metode mendeteksinya. Cara
mendiagnosanya. Dan obatnya ialah taubat. Selama matahari belum terbit dari
barat,selama nyawa masih belum sampai di tenggorokan, pintu taubat itu masih
dibuka dengan seizin Allah.Dan perlu diingat bahwa aib diri kita Allah melarang keras
untuk menyebarkannya. Sebagaimana sabda Rasululah saw: "Setiap umatku
dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk
terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam
hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan
ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka
tutupan Allah atas dirinya."
(HR. Bukhori Muslim)Hanya
karena tidak ingin disebut munafik maka dengan gamblangnya seseorang membuka
aibnya. Keterbukaan memang perlu dilakukan tetapi mengumbar aib sendiri
merupakan bentuk kebanggaan yang sangat tidak disukai Allah. Orang yang
menutupi aib diri dan aib orang lain tidak bisa disebut sebagai orang munafik.
Justru dengan membenarkan dan membanggakan dosa-dosa yang dilakukan adalah
kemunafikan. Jika memang tidak ingin menjadi orang munafik maka dengan optimal
berusaha melaksanakan Al Qur’an dan As Sunnah.
Jika
pun seseorang melakukan dosa atau kesalahan alangkah lebih baiknya bertaubat
dan mengikhtiarkan solusi dengan menceritakan permasalahannya kepada orang yang
benar-benar dapat dipercaya. Ketika memilih seseorang untuk berbagi cerita
mengenai aib maka harus dilakukan dengan hati-hati. Karena tidak semua orang
bisa menyimpan rahasia.
Jika
seseorang benar-benar bertaubat pasti dia akan merasa malu jika kesalahan atau
aibnya dibahas oleh orang lain. Sebaliknya jika dia belum bertaubat, dia masih
merasa bangga (walaupun hanya di dalam hati) tentang dosanya. Seseorang akan
mampu meminimalisir perbuatan dosa jika memiliki rasa malu.
Inilah
alasan yang kuat kenapa orang yang beriman harus memiliki rasa malu. Karena
manusia tidak luput dari kesalahan maka kesalahan yang pernah dilakukan
haruslah menjadi alasan untuk bertaubat. Maka ketika ada kesempatan melakukan
kesalahan yang sama dia akan merasa malu dan bahkan dia masih merasa malu
karena pernah melakukan dosa sebelumnya. Sebaliknya jika dia masih bangga
dengan dosa yang pernah diperbuatnya maka kemungkinan besar dia akan melakukan
dosa yang sama.
Ada
seorang pedagang yang bercerita kepada pelanggannya. Dengan bangganya dia
menceritakan kepada pelanggannya bahwa sebelum menikah dia melakukan perzinahan
sebanyak beberapa kali. Ketika perempuan itu hamil, barulah dia menikahinya.
Dia menceritakan hal itu dengan merasa bangga dan membandingkan orang-orang di
sekitarnya yang hanya melakukan perzinahan sekali tetapi sudah harus menikah.
Padahal jelas bahwa wanita hamil haram dinikahi dan dicerai. Perzinahan pun
jelas dilarang dalam Q.S Al Isra ayat 32. Masya Allah.
Allah
sangat menyukai orang-orang yang bertaubat tetapi sangat membenci orang-orang
yang bangga dengan dosanya. Salah satu bentuk bangga dengan dosa adalah dengan
mengumbar-umbar aibnya sendiri di hadapan orang lain.
Mari
saudaraku, janganlah kita menganggap remeh kesalahan-kesalahan kita. Apalagi
hanya dengan cengengesan atau berseri-seri ketika melakukan dosa. Karena Allah
yang maha pemurah menutupi aib-aib kita, mengapa kita menzhalimi diri sendiri
dengan membuka aib sendiri pada orang lain.
Orang
lain akan tetap menghargai kita karena Allah menutupi aib-aib hamba-Nya.
Bayangkan jika aib kita diperlihatkan, maka orang lain tidak akan bersedia
mendekati atau bahkan melihat kita karena saking banyaknya aib. Tetapi Maha
Pemurahnya Allah dengan menjaga aib hamba-hamba Nya sehingga orang lain masih
bersedia melihat, mendengar, menghargai dan mencintai kita.