menuju-Mu

Rabbana, diriku hanyalah setitik debu di hadapan keagunganMu.
Maka jagalah hati ini,
dari terlihat besar di mata manusia
namun kecil di mataMu
dari terasa baik di mata manusia
namun hina di mataMu
dari merasa benar di mata manusia
namun salah di mataMu
Jadikanlah aku lebih baik dari persangkaan diri dan orang lain

Selasa, 04 Maret 2014

Tutup Matamu Sesekali...




Karena setiap manusia dicipta khas dan unik,dengan selera beragam dan aneka pola pemikiran, maka tentu mustahil engkau menjadi pribadi yang disenangi semua orang. Sebagian mungkin menganggap sifat ramah ceriamu sangat menyenangkan, namun bagi
sebagian yang lain engkau tidak elegan dan berlebihan. Kau dipuji karena rajin dan ringan tangan disaat bersamaan ada yang beranggapan engkau hanya mencari popularitas dan kurang kerjaan.

Ada saat dimana kita memang merasa dinilai dengan cara yang kurang adil, diperlakukan tidak sebaik yang engkau niatkan, menerima jauh dari yang susah payah engkau berikan. Sebagai manusia engkau berhak merasa luka, menangispun tak apa.
Tapi sungguh, sebenarnya engkau hanya perlu terjun dan berendam di kejernihan kolam
keikhlasan. Engkau akan terbebas dari sesak kecewamu, terbasuh semua sayat lukamu, dan muncul ke permukaan dengan lebih segar dan
tercerahkan.

Engkau hanya perlu kembali meyakini, bahwa selama langkahmu tak keluar dari garis hukum-Nya, maka engkau tak punya kewajiban untuk memuaskan siapa-siapa. Engkau hidup untuk menggembirakan Yang Memberimu kehidupan. Tak ada nilai yang boleh menakarmu kecuali nilai dari Sang Penilai Sejati. Maka tenteramlah, maka tenanglah. Selama engkau yakin berada dalam bingkai ridho-Nya, engkau tak perlu kemana-mana...

Mengenali Aib Diri



“Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mau) bertobat.” (HR.at-Tirmidzi no. 2499, dari Anas bin Malik)


Ketahuilah bahwa apabila Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, salah satunya ialah dengan jalan menunjukkan kepada orang itu tentang aib-aib dirinya. Barangsiapa yang dianugerahi pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali aib dirinya sendiri maka ia beruntung. Kenapa? Karena penyakit yang paling berbahaya sesungguhnya adalah penyakit yang bersarang diam-diam. Penderitanya tak sadar dirinya sakit. Bagaimana seseorang akan mencari obat kalau dia tak sadar bahwa ia mengidap penyakit? Mau yang sakit itu badannya atau jiwanya sama bahayanya kalau dia tidak menyadari bahwa dia sakit.


Sakit panu tidak termasuk dalam daftar penyakit yang mematikan, tapi ketika orangnya tak sadar dirinya sakit panu maka makin berkembanglah panu tersebut sampai akhirnya panu ini telah berhasil menduduki lebih dari separuh wilayah teritorial tubuh. Baru sadar ketika suaminya menangkap bahwa tubuh istrinya semakin misterius karena setiap dilihat selalu bagai terselimuti kabut tipis…..apakah gerangan? Apakah mataku mulai kehilangan ketajamannya?...si suami bertanya-tanya dalam kalbu…usut punya usut..ternyata kabut misterius itu adalah sakit panu yang telah hampir berhasil menduduki seluruh wilayah kekuasaan pribadinya. Si suami jadi menginginkan pembuktian akan ketajaman matanya….hmmm..rupanya sudah saatnya aku mencari daerah jajahan baru…maka dengan takdir Allah juga akhirnya si suami mengesahkan daerah jajahan barunya…menikah lagi. Si suami yang kebetulan belum cukup kuat mentalnya dan pengetahuannya apalagi imannya untuk punya lebih dari satu daerah jajahan, jadi berat sebelah….ah jelas dia lebih memilih yang gampang dilihat daripada yang misterius di dalam kabut. Maka si istri tua jadi menderita….menangis siang dan malam…tertekan…makan tak enak tidur tak nyenyak..hidup segan mati tak mau…akhirnya tekanan darahnya naik, lalu jantungnya bermasalah…nah..awalnya hanya sakit panu…yang tak disadari. Coba dia mau sedikit perhatikan diri…dari masih sejak berupa bercak kecil, dia beli obat panu di apotik, dioles tiga kali sehari di bagian tubuh yang sakit, lalu ke dokter jika sakit berlanjut….mungkin tak setragis itu ceritanya.


Ketahuilah, setiap anggota badan, setiap organ tubuh kita ini diciptakan untuk suatu fungsi tertentu. Semua punya tugas sendiri yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Sakit itu artinya adalah saat anggota tubuh kita ada yang tidak mampu menjalankan fungsinya sebagaiamana tugas yang sudah ditakdirkan Allah. Jantung yang tugasnya berdenyut sekian denyutan saat ia tidak berdenyut terlalu sering, terlalu jarang, atau tidak berdenyut lagi tapi berdenting..maka dibilanglah jantungnya sakit. Namanya sakit jantung. Saat tangan yang fungsinya memegang ini gak bisa memegang maka dibilanglah tangannya sakit. Sakit tangan. Demikianlah ketika hati, yang fungsinya adalah untuk menyerap ilmu, menyerap hikmah, mengenal Allah, mencintai Allah, jadi lebih cinta kepada syahwat dan maksiat, ketika hati yang sebenarnya diciptakan untuk benar ini lebih banyak memilih yang salah, yang diciptakan untuk rindu kepada surga tapi ternyata lebih sering rindu pada dunia, maka hatinya sakit. Sakit hati. Dan saya ingatkan, jangan  percayalah pada saya,  sakit hati itu jauh lebih berbahaya daripada sakit gigi, kalau tak percaya, tanya Meggi Z.


Perut itu ditakdirkan diisi nasi, roti, onde-onde, susu, roti, dan sebagainya…makanya manusia suka nasi. Kalau ada manusia lebih suka makan tanah daripada roti, artinya perutnya gak beres. Hati ditakdirkan diisi Allah..jadi kalau ada hati lebih banyak berisi cinta pada manusia, pada harta, pada tahta, pada dunia, artinya hatinya gak beres. Maka periksalah hati-hati ini, sakitkah ia…

Rabi’ bin Hutsaim, seorang tabi’in yang terkenal memiliki sikap selalu membersihkan jiwa mengatakan, “Seandainya manusia itu tahu tentang aibnya sendiri niscaya tak ada orang yang mau mencela diri orang lain.” Suatu ketika ia pernah ditanya seorang sahabatnya, “Wahai Abu Yazid – panggilan Rabi’ – mengapa engkau tidak pernah mencela orang lain?” Ia menjawab, “Demi Allah, jiwaku saja belum tentu diridhai Allah, lalu untuk apa aku mencela orang lain? Sesungguhnya banyak manusia yang takut kepada Allah karena melihat dosa-dosa yang dilakukan orang lain. Tetapi tidak sedikit di antara mereka yang seperti tidak merasakan hal itu dengan dosa yang ia lakukan sendiri.”

Ada 4 jalan untuk mengetahui aib diri: 

Menemui seorang alim ahli hikmah
Dari Ibnu umar , Rasulullah bersabda : ” Hati hatilah kalian dari firasatnya orang mukmin , karena mereka memandang  kalian dengan nur cahaya Allah  “
Hadis ini menerangkan agar kita berhati hati dari pandangan orang mukmin karena mereka mempunyai kelebihan mengetahui pada aib keburukan kita Yang dimaksud orang mukmin disitu adalah mukmin yang sempurna keimanannya , yang ahli ibadah , yang ahli sedekah , yang pandai bergaul dengan sesama muslim. 
Hal ini dikarenakan kesucian batin mereka akan mencerahkan mata hatinya untuk bisa memandang apa apa yang tidak bisa dipandang oleh manusia biasa . Merekalah yang seakan akan menjadi wakil Allah untuk mengawasi gerak gerik manusia , sebagai salah satu bentuk dari amar makruf nahi munkar . 
Firasat ini terbagi menjadi dua :  
Dari ilham , sepertinya ada gemuruh dari dalam hati yang menunjukkan si fulan itu berbuat demikian , dia harus mengerjakan demikian , akan terjadi demikian . Hal inilah yang pernah terjadi pada seseorang yang bertamu pada  Ustman bin Affan. 
Ah, Utsman bin Affan ra…lelaki kaya yang menurut riwayat tampan dan gagah tapi begitu halus dan pemalu perangainya. Lelaki ini diambil menantu sampai 2 kali oleh Rasulullah saw. Saat Ruqayyah meninggal, maka ia menikah kembali dengan ummi Kultsum. Dua-duanya putri Rasulullah saw.
Pembantu rumah tangga Nabi SAW, namanya Anas Ibn Malik. “Aku datang kepada ‘Ustman ibn ‘Affan”, kata Anas. “Waktu di jalan aku bertemu dengan seorang wanita, aku meliriknya dan memperhatikan kecantikannya.”
Begitu Anas ibn Malik sampai di hadapannya, ‘Ustman menegur. “Telah masuk salah seorang diantara kalian sedang di matanya ada bekas zina. Tidakkah engkau tahu bahwa zinanya mata adalah pandangan? Hendaknya engkau bertaubat, kalau tidak, akan akau kenakan hukum ta’zir kepadamu!”
Alangkah terperangah Anas. Bagaimana ‘Ustman bisa tahu? “Subhanallah!”, serunya, “Apakah masih turun wahyu sesudah Rasulullah wafat?
“Tidak, ini hanya firasat seorang mukmin..”
Maka hari itu, di tengah majelis ‘Ustman yang syahdu. Anas terngiang-ngiang sabda Sang Nabi,
“Takutlah akan firasat seorang mukmin”, kata beliau SAW. Sesungguhnya hatinya melihat dengan cahaya Allah.”
Juga yang terjadi pada Umar bin Khattab dari beberapa peristiwa , yang sehingga dengan sebab  ungkapan beliau , turunlah wahyu karenanya , sampai sampai Rasulullah bersabda :” Kalaulah pada ummatku ada orang yang bisa mendapatkan ilham , maka dia adalah Umar 

Dari mempelajari pengalaman pengalaman yang pernah terjadi
Dari bentuk tubuh manusia , dari hidungnya , dari matanya , dari kakinya dan lain lain .Dan yang ini yang sering kita baca di kitab- kitab biografi ulama ulama yang pernah belajar ilmu firasat .
Diceritakan , imam Syafii sangat pandai dalam firasat  sampai- sampai beliau setiap menebak orang tidak pernah salah sekalipun . Pernah seorang wanita datang padanya saat beliau mengajar. Wanita itu bingung akan maju bertanya tapi malu banyak laki- laki. Lalu wanita tersebut melempar buah apel merah pada sang imam.Oleh beliau apel itu ditangkap  lalu beliau mengiris , membelah sedikit dari buah tersebut , lalu melemparnya lagi pada wanita itu. Sang wanita menangkapnya , memahami goresan itu, dan langsung pergi . Setelah usai pengajian , salah seorang dari muridnya bertanya apa maksud dari semua itu.
Lalu beliau menjawab : ” Wanita itu bertanya padaku , wanita yang haid kapankah bisa diperbolehkan shalat? Lalu aku jawab , setelah warna merah apel berubah jernih seperti jernihnya isi dalamnya apel , artinya jika warnanya darah berubah menjadi jernih , maka kau sudah suci dan sudah boleh shalat .
Namun pada sebagian orang ada yang bisa menebak nebak semacam ini  padahal dia bukan termasuk ahli ibadah , tidak tahu ilmu agama ,juga tidak terkenal dikalangan orang- orang saleh. Maka orang seperti ini berarti memakai bantuan jin dan setan .

Mencari kawan yang jujur dan beragama 
Begitulah para sahabat mengambil manfaat dari teman-teman mereka. Umar bi khattab ra biasa bertanya kepada Salman tentang aib-aib dirinya. Pernah suatu ketika saat Salman datang berkunjung, Umar bertanya:
“Apakah yang kau dengar tentang diriku dan tak engkau sukai?” Tanya Umar
Salman tak bersedia mengatakannya tetapi Umar terus mendesak.
“Aku mendengar bahwa engkau mengumpulkan 2 macam kuah dalam 1 hidangan, dan engkau punya 2 jubah. 1 untuk kau pakai di malam hari, dan 1 untuk kaupakai di siang hari.” Kata Salman akhirnya.
“Adalagi yang kamu dengar selain ini?”Tanya Umar
Salman menjawab”Tidak.”
Lalu Umar menjawab,”Adapun 2 hal itu akan aku tinggalkan.”

Begitulah, Salman saking cintanya kepada Umar ia tak suka ketika menedengar dari orang-orang bahwa sahabatnya ini –menurutnya- telah terlalu bermewah-mewah karena makan dengan 2 macam kuah serta punya 2 jubah. Karena Salman tak rela sahabatnya terllau banyak menikmati dunia. Dan tak kalah hebatnya Umar, tanpa banyak membantah beliau segera bertekad untuk menghentikan kebiasaannya itu.
Begitulah dua teman saling menjaga temannya agar bisa secepat dan semulus mungkin jalannya menuju surga. Beruntunglah anda yang punya teman semacam ini. Ciptakan hubungan pertemanan yang semacam itu.
Bahkan Umar ra juga selalu bertanya pada Hudzaifah,”kamu adalah pemegang rahasia Rasulullah saw tentang orang-orang munafik.
 Apakah kamu melihatnya dalam diriku kemusyrikan?
Umar bin Khattab…orang yang dijamin surga…masih risau akan aib dirinya yang mungkin terlewat dari perhatiannya.
Hanya memang jarang ada teman yang mau membuka aib kita karena cinta, itulah kenapa saya bilang ciptakan hubungan semacam itu, bukan temukan. Karena saya lebih percaya bahwa hubungan seperti itu dibangun dan butuh proses.
.
 Mendengarkan lisan musuhnya
 

Kebencian seringkali lebih jujur dari cinta. Cinta-apalagi yang tak berasal dari Allah-sering membutakan. Bahkan menulikan. Itulah kenapa menjadi percuma ketika kau bicara pada orang yang jatuh cinta. Karena mereka tuli dan bisu.
Kalau kau ingin mengetahui aib dirimu, jangan tanya pada orang yang habis kau kasih sekilo krupuk udang…atau habis kau hantar semangkok kolak..apalagi habis kau pinjami duit…karena mereka baru saja jatuh cinta padamu.
Ada baiknya kita mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang selama ini kita rasa kurang  menyukai kita. Walaupun memang kadang kebencian itu membuat seseorang jadi berlebihan membumbui kekhilafan kita tapi tetap ini berguna. Kita ambil perkataan mereka sebagai bahan muhasabah, menginstrospeksi diri…menimbang diri dan dengan hati-hati dan jujur memutuskan apakah memang kita seperti yang mereka katakan atau tidak. Anggap saja perkataan-perkataan musuh sebagai cek laboratorium gratis terhadap sehat tidaknya hati kita. Kalau benar bisa segera kita obati, kalau salah insya Allah akan jadi bahan evaluasi mengapa kita bisa dianggap seperti itu.
 
Bergaul dan berbaur dalam masyarakat.

Ketika kita terjun di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat kita jadi seolah bercermin. Ooooh..ternyata bicara begitu tuh gak enak ya dilihat…oooh ternyata melirik begitu tuh kesannya jutek ya…oooh ternyata pakai baju model begitu ke masjid tuh gak bagus banget ya dilihat.
Begitulah yang bisa kita lakukan untuk menemukan dan mendiagnosa aib-aib jiwa kita. Untuk fisik, insya Allah sudah bertebaran dokter, laboratorium, dan banyak alat-alat canggih yang bisa mendeteksi aib-aib fisik. Tapi untuk ruh kita, itulah tadi metode mendeteksinya. Cara mendiagnosanya. Dan obatnya ialah taubat. Selama matahari belum terbit dari barat,selama nyawa masih belum sampai di tenggorokan, pintu taubat itu masih dibuka dengan seizin Allah.
Dan perlu diingat bahwa aib diri kita Allah melarang keras untuk menyebarkannya. Sebagaimana sabda Rasululah saw: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)
Hanya karena tidak ingin disebut munafik maka dengan gamblangnya seseorang membuka aibnya. Keterbukaan memang perlu dilakukan tetapi mengumbar aib sendiri merupakan bentuk kebanggaan yang sangat tidak disukai Allah. Orang yang menutupi aib diri dan aib orang lain tidak bisa disebut sebagai orang munafik. Justru dengan membenarkan dan membanggakan dosa-dosa yang dilakukan adalah kemunafikan. Jika memang tidak ingin menjadi orang munafik maka dengan optimal berusaha melaksanakan Al Qur’an dan As Sunnah.
Jika pun seseorang melakukan dosa atau kesalahan alangkah lebih baiknya bertaubat dan mengikhtiarkan solusi dengan menceritakan permasalahannya kepada orang yang benar-benar dapat dipercaya. Ketika memilih seseorang untuk berbagi cerita mengenai aib maka harus dilakukan dengan hati-hati. Karena tidak semua orang bisa menyimpan rahasia.
Jika seseorang benar-benar bertaubat pasti dia akan merasa malu jika kesalahan atau aibnya dibahas oleh orang lain. Sebaliknya jika dia belum bertaubat, dia masih merasa bangga (walaupun hanya di dalam hati) tentang dosanya. Seseorang akan mampu meminimalisir perbuatan dosa jika memiliki rasa malu.
Inilah alasan yang kuat kenapa orang yang beriman harus memiliki rasa malu. Karena manusia tidak luput dari kesalahan maka kesalahan yang pernah dilakukan haruslah menjadi alasan untuk bertaubat. Maka ketika ada kesempatan melakukan kesalahan yang sama dia akan merasa malu dan bahkan dia masih merasa malu karena pernah melakukan dosa sebelumnya. Sebaliknya jika dia masih bangga dengan dosa yang pernah diperbuatnya maka kemungkinan besar dia akan melakukan dosa yang sama.
Ada seorang pedagang yang bercerita kepada pelanggannya. Dengan bangganya dia menceritakan kepada pelanggannya bahwa sebelum menikah dia melakukan perzinahan sebanyak beberapa kali. Ketika perempuan itu hamil, barulah dia menikahinya. Dia menceritakan hal itu dengan merasa bangga dan membandingkan orang-orang di sekitarnya yang hanya melakukan perzinahan sekali tetapi sudah harus menikah. Padahal jelas bahwa wanita hamil haram dinikahi dan dicerai. Perzinahan pun jelas dilarang dalam Q.S Al Isra ayat 32. Masya Allah.
Allah sangat menyukai orang-orang yang bertaubat tetapi sangat membenci orang-orang yang bangga dengan dosanya. Salah satu bentuk bangga dengan dosa adalah dengan mengumbar-umbar aibnya sendiri di hadapan orang lain.
Mari saudaraku, janganlah kita menganggap remeh kesalahan-kesalahan kita. Apalagi hanya dengan cengengesan atau berseri-seri ketika melakukan dosa. Karena Allah yang maha pemurah menutupi aib-aib kita, mengapa kita menzhalimi diri sendiri dengan membuka aib sendiri pada orang lain.
Orang lain akan tetap menghargai kita karena Allah menutupi aib-aib hamba-Nya. Bayangkan jika aib kita diperlihatkan, maka orang lain tidak akan bersedia mendekati atau bahkan melihat kita karena saking banyaknya aib. Tetapi Maha Pemurahnya Allah dengan menjaga aib hamba-hamba Nya sehingga orang lain masih bersedia melihat, mendengar, menghargai dan mencintai kita.
 

Setelah 11 Tahun Bersamamu...



Aku mencintaimu
Sedemikian besar hingga menakutkanku
Karena tanpamu ternyata aku tak mampu menjadi diriku
Aku lemah tidak bersandar padamu
Aku kosong karena kaulah maknaku

Aku semakin mencintaimu
Semakin besar hingga makin menakutkanku
Bagaimana nanti…saat kau harus pergi
Bagaimana nanti…saat aku harus pergi

Ya Allah..aku mau lelaki ini lagi
Yang Engkau sandingkan denganku di pernikahan abadi
Setelah melewati dunia ini



Wednesday, September 25, 2013